Seorg atlit potensial pastilah pribadi kuat yg pantang menyerah, mereka tdk akan mudah putus asa dan terpengaruh pd apapun, arena kompetisi panjang dan keras telah secara alamiah menempa seorg muda yg berprestasi nasional sbg batu intan keras dan sgt memungkinkan untuk digosok menjadi berlian yg cemerlang.
Namun tak semua hal dpt berjalan lancar, selalu ada faktor eksternal dlm kehidupan setiap individu, merupakan hal diluar dirinya dan tdk mungkin diatasi sendiri yg dpt mengagalkan suatu perjuangan dan sebuah cita2, faktor dukungan lingkungan merupakan unsur sangat menentukan dan sering menimbulkan rasa kecewa dan jenuh lalu pada gilirannya mematikan semangat juang.
Tanpa bertujuan mengugat apapun dan dengan tdk ingin saling menyalahkan, tulisan ini berdiskusi ttg kemajuan catur pd khususnya dan olahraga indonesia pada umumnya. Aebagai org catur kita wajib mengakui bhw meskipun catur nasional kita mencatat beberapa kemajuan namun gagal beradu cepat dgn pesaing2 kita dikawasan Asia apalagi dunia, ada banyak hal yg menjadi penyebabnya, diantaranya tentu adalah sistim pembinaan, sistim kompetisi, promosi dan degradasi pecatur nasional sampai ke pengorganisasian yg tentu msh butuh penyempurnaan yg terus menerus.
Namun semua masalah itu hanyalah persoalan dipermukaan saja, jika kita ingin mengembalikan kejayaan olahraga nasional dan memajukan catur kita maka seharusnya kita mampu mendeteksi akar permasalahan yaitu "dana" dan prioritas pemerintah atau "political will"
Saya tahu bahwa beberapa kawan yg sinis akan segera menganggap argumen ini sbg klasik, tanpa mau memahami lbh detail, mengapa Indonesia tertinggal dipersaingan olahraga Internasional.
Tulisan Yesayas Oktavianus di Kompas memberitahu kita bhw dana Kementerian Pemuda dan olahraga hanya 1,7 T dan msih hrs dibagi lagi dgn bidang kepemudaan, sangat tdk seimbang dgn Vietnam yg mengalokasikan 3 T atau China yg menyisihkan 5 % dari APBN nya untuk membangun kehormatan mereka di sektor olahraga, di Indonesia nilai 1,7 T ini berarti tdk sampai 1 % dari APBN.
2 tulisan di Kompas oleh Yesayas Oktavianus dan Sumohadi Marsis membuat kita mengerti persoalan dgn benar.
Tdk ada gunanya menyalahkan dunia olahraga nasional dan praktisi2 yg terlibat didalamnya untuk kemunduran yg terus menerus pada persaingan di kompetisi internasional, apa yg dapat diperbuat dgn pengkondisian seperti ini ? kita hanya menanti lahirnya anak2 emas yg dikaruniakan YMK kpd bangsa ini, anak2 hebat yg menciptakan dirinya sendiri tanpa butuh dukungan lingkungan, kita menunggu lahirnya sang juara, sungguh berbeda dgn negeri2 lain yg mencetak dan menciptakan para juaranya.
Harapan saya tulisan sederhana ini mempersatukan hati kita, insan2 pencinta olahraga Indonesia untuk bersama2 menghimbau pemerintah mendatang agar memberikan perhatian yg lbh baik dan serius pada olahraga nasional kita.
Sungguh miris melihat anak2 muda kita diadu pada semua cabang olahraga, diarena-arena pada segenap penjuru didunia "tanpa harapan menang", tentu saja, karena ini pertarungan yg tdk adil, atlit2 mancanegara itu datang kelapangan pertandingan dgn bersenjatakan dukungan moral dan materil bangsanya sedangkan anak2 kita hanya diterjunkan ke medan juang berbekal harapan.
Kasihan anak2 kita, mereka menjadi pecundang dimana-mana. hati kita bersedih, jiwa kita berontak, bangsa ini bukan bangsa pecundang, anak2 kita tdk pantas kalah, mereka bukan orang kalahan yg tdk siap bekerja keras, kondisi telah mengkhianati mereka.
Kita teringat sumpat atlit yg selalu dibacakan pd setiap event olahraga :"DEMI KEBESARAN OLAHRAGA DAN KEHORMATAN BANGSA."
Kita teringat ucapan wapres terpilih bpk Jusuf Kalla, tentang bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya yg hanya berkibar dan dikumandangkan untuk menyambut kedatanagan RI 1 dan pada kemenangan atlit2 kita di arena internasional.
betapa agung, mulia dan terhormatnya olahraga.
Wacana pembentukan kabinet profesional yg direncanakan oleh presiden terpilih bpk Joko Widodo, membangkitkan harapan kita sbg insan olahraga nasional, kita mohon diberi ruang untuk berjuang bersama komponen bangsa yg lain demi kehormatan bangsa dan negara.
Kita berharapan besar untuk jangan lagi dijadikan "second priority", himbauan kita adalah kembalikanlah kepengurusan olahraga kepada para profesional yg memahami olahraga secara menyeluruh, olahraga jgn lagi terpolitisasi secara berlebihan dgn tdk proporsional sebab unsur politik terpenting di olahraga sebenarnya adalah "sarana pemersatu bangsa"
Olahraga prestasi membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah karena itu harapan kita menteri olahraga mendatang adalah mantan atlit berprestasi yg profesional dan mampu memperjuangkan anggaran untuk olahraga. gens una sumus....salam olahraga.