Senin, 15 September 2014

Filosofi Manusia Catur

Peristiwa alamiah dalam hidup keseharian sering kita abaikan begitu saja tanpa memetik pelajaran apapun darinya, padahal ALLAH yang mencintai kita menciptakan semua dengan mengandung pelajaran agar kita dapat terus memperbaiki diri. berulangkali kita menyaksikan air yang mengalir jernih dan bening bermanfaat bagi sekitarnya dan ketika keruh, tak terkendali akan menimbulkan kerusakan pada semua yang dilaluinya. Kita mengetahui bahwa sebatang pohon akan berdiri tegak ditempatnya sejak awal hingga akhir dengan ikhlas dan tawakal, yang dilakukannya hanyalah terus bertumbuh lalu pada akhirnya mempersembahkan manfaat yang bisa dihasilkannya, pohon tidak pernah mengingkari kodrat, seperti pohon mangga di halaman kita tumbuh berbuah lalu mati dan tidak pernah merugikan siapa dan apapun. Setiap hari kita menyaksikan ayam dan anjing saling mengusir ketika berebut makanan dan mempertengkarkan semua hal, kucing menerkam tikus, burung-burung berburu serangga, tapi mereka melakukannya sebagai naluri dengan tujuan mempertahankan hidupnya.
Sayangnya kita tidak memetik pelajaran apapun dari semua peristiwa yang terlihat sehari-hari.
Kita menikmati indah dan wangi kembang tanpa mau merenungkannya, memakan semua tanpa berusaha memahaminya.
Barangkali karena hidup memang telah menjadi sedemikian mekanis dan kita kehilangan "keheningan" kita, sekedar menempati ruang kehidupan dan sudah jauh melupakan inti kemanusiaan kita, terkurung dalam ego kehidupan untuk kemudian tidak menjadi apa-apa.
Kita semua sudah menjadi tawanan dari kebebalan kita, manusia adalah satu-satunya mahluk penghuni bumi ini yang paling tidak jujur, tidak ada seekor anjing atau hewan dan tanaman apapun yang pernah berbohong, bagaimana dengan manusia? Sebagai mahluk yang mengklaim diri sebagai mahluk utama, kita malu mengakui bahwa secara sadar manusia memelihara dan mengembangkan libidonya dengan sangat berlebihan terhadap segala hal. Instink binatang jauh lebih peka dari seorang geolog, mereka sudah jauh-jauh berlindung ketempat aman sebelum gunung meletus, namun tidak ada satupun binatang menalar tentang mengapa gunung meletus, mereka hanya melakukan apa yang seharusnya memang dilakukan yaitu menyelamatkan diri, sedangkan manusia berusaha berpikir mengenai faktor apa yang menyebabkan dan apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi bahkan mencegahnya misalnya dengan menyuntik perut gunung, padahal pengetahuan manusia itu sangat terbatas untuk mengurai semua sebab dan akibat.
Tulisan ini tidak mengajak kita menemukan nilai baru, melainkan seharusnya mematuhi dengan konsekwen dan menjalani nilai-nilai yang telah ada sebelumnya dan masih relevan dan objektif. Penalaran seharusnya merupakan proses berpikir mencari kebenaran yang harus benar-benar benar, dan jangan terkacaukan dan terbolak-balik seperti dewasa ini, sungguh sekarang ini kita berpikir terbalik tentang apa itu rasionalitas.
Manusia semakin jauh dari pengertian mengenai apakah hidup itu sebenarnya? Apakah tanpa arah dan tanpa bentuk, sesuatu yang berzig-zag begitu saja? Apakah manusia hanya butuh kepandaian? Jika demikian bukankah ilmu genetika telah menemukan tehnik Kloning, mengapa tidak dibuat saja semua bayi yang lahir ber IQ 160 dan habis perkara, pikiran seperti ini tentu picik dan berbahaya. Sebagai manusia yang mempunyai arah dan tujuan hidup, tentu saja manusia tidaklah boleh mengabaikan pembangunan jiwanya, agar tujuan hidup yang semestinya mendorong manusia menuju kekeberadaban yang sejahtera bersama janganlah justru digunakan sebagai alasan untuk saling berebut, bertikai dan bermusuhan.

Sebagai pecatur yang bermain catur setiap hari, apakah tidak pantas kita mendapatkan pemahaman tentang nilai dari kegiatan yang bersifat mendidik ini? Catur adalah rasionalitas yang jujur, berpikir dalam kotemplasi yang riuh rendah tapi melahirkan keheningan jiwa, dalam bermain catur setiap orang selalu jujur menyampaikan maksud dan tujuannya dengan jelas sebab catur juga adalah sebuah bahasa, percakapan antara dua orang yang sedang bermain bahkan yang juga disampaikan dan dimengerti oleh para penonton dan sidang yang membaca notasi permainan setelah itu, setiap rencana dan langkah di catur diberitahukan kepada lawan dengan jujur dan terbuka, bermain catur adalah berusaha mencapai kemenangan atau setiap keinginan dengan sportif dan dengan cara-cara yang dipatuhi sebagaimana layaknya norma dan etika dan berwujud sebagai aturan permainan, menang dalam catur bukanlah sesuatu yang diperebutkan antara dua pecatur, janganlah disalah pahami seperti anjing memperebutkan tulang, atau politisi berebut kursi, melainkan sesuatu yang diperjuangkan, oleh sebab itu ada hasil draw yang mengandung filosofi kedua belah pihak dapat saja tidak gagal tapi belum mencapai hasil puncak yang diharapkan. Hal itu memberi pengertian kepada kita para pecatur bahwa hidup ini memang tidaklah berjalan lurus sebagaimana yang kita inginkan, sehingga setiap orang yang ingin mendaki kepuncak dan mencapai keinginan tertingginya yang sah harus terus menerus berusaha menyempurnakan semua sisi keperibadian dan dirinya, pelajaran tentang catur melahirkan kesabaran dan kejujuran pada diri sendiri dan INSYA ALLAH tercermin pada kehidupan sosial seseorang, nilai-nilai catur yang sebenarnya hanya dapat dipahami dalam keheningannya, itulah sebabnya pengertian mengenai catur menjadi sangat berbeda pada seorang pecatur yang setiap hari berkumpul dan bermain ditempat-tempat catur dengan seorang pecatur yang tekun belajar dan membangun dirinya dikesendiriannya. Berkumpul dan bermain ditempat komunitas catur pasti bukanlah sesuatu yang keliru terutama dalam membangun komunitas sosial kita, tetapi filosofi catur sebagai permainan yang sendirian dan berfungsi seperti batu asah yang membentuk diri sendiri janganlah diabaikan.

Sebagai pecatur kita tidak perlu merasa rendah diri dan mengecilkan pengetahuan kita sebagai sesuatu yang tidak berarti bagi kemanusian, setiap pengetahuan memang mempunyai asumsinya yang berbeda-beda tentang apa itu manusia, ilmu ekonomi misalnya berasumsi bahwa manusia adalah mahluk ekonomi yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidak nyamanan sejauh-jauhnya, atau mahluk hedonis yang serakah yang dalam proporsi ilmiah digambarkan oleh teori Taylor, mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya, asumsi manusia dalam pemahaman kita sebagai pecatur, yang bertitik tolak pada olahjiwa tentu adalah mahluk dengan jiwa yang sehat dan berpikir dengan proporsional dan rasional dengan keheningan otak dan batin. Oleh karena saya tersentak ketika seorang teman dengan maksud baik mengingatkan saya bahwa filsafat catur dalam kehidupan mungkin adalah berlebihan, namun barangkali ini juga yang dikatakan oleh ilmu filsafat sebagai “mengetahui apa yang diketahui dan jangan tidak mengetahui apa yang diketahui”, bukankah setiap pengetahuan mengenai apapun adalah tidak berarti apa-apa, karena justru manusialah yang memberinya makna, demikian juga dengan catur, kita semuanyalah yang memberinya makna dengan mengetahui nilai dan fungsinya.
Berfilsafat berarti berendah hati, mengevaluasi semua sisi pengetahuan yang telah kita ketahui, dimanakah batas kegunaan ilmu itu dimulai dan dibatas manakah dia berhenti, apakah kelebihan dan kekurangan dari suatu pengetahuan, dan yang terpenting adalah apakah kegunaannya untuk kehidupan kita, seorang yang berfilsafat menurut Prof. Suriasumantri seperti seorang berpijak dibumi dan tengadah kelangit memandangi bintang-bintang, dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi, atau seorang yang berdiri dipuncak yang tinggi memandang ngarai dan lembah dibawahnya, dia ingin memahami fungsi keberadaannya pada semesta yang ditatapnya. Berfilsafat juga bukan berarti mengelu-elukan dan bangga pada pengetahuan yang dimiliki, karena berfilsafat berarti mengetahui bahwa dari balik mutiara kecemerlangannya setiap ilmu juga hanya sesuatu yang kemanfaatannya berbeda-beda pada setiap individu, manusianyalah yang menentukan segala sesuatu berarti atau tidak, manusia selalu adalah subyek. Tulisan filosofis ini ditulis oleh Fide Master FM Kifly Tunasly, seorang master catur dari Pulau Bali. GENS UNA SUMUS

Rabu, 10 September 2014

Tugas para pengajar dan pelatih catur

Tugas pengajar catur adalah meningkatkan 3 hal pokok kepada murid, yaitu : 1. Teori 2. Kalkulasi 3. Pemahaman Posisi Untuk mencapai visi ini maka ada 5 bab pokok yang harus disampaikan dengan baik, yaitu : 1. Teori Opening 2. Ending 3. Taktik & Kombinasi 4. Strategi 5. Evaluasi Kunci kesuksesan seorang pecatur: - Harus selalu fokus - Langkah saya selalu akurat - Akhirnya saya menang Hanya jika kita mampu sering mengalahkan lawan pecatur yg lebih kuat sajalah, kita akan bisa juara di banyak turnamen catur, naik level kasta catur kita, naik rating, naik gelar caturnya, dipercaya dan sejahtera di catur!! baca tip dan trik rahasianya di link dalam tautan berikut :

Seorang teman master catur pernah bilang, "seorang pecatur akan sulit mengalahkan lawan2nya sebelum dia mampu mengalahkan lawan terberat yg selalu dihadapinya yaitu dirinya sendiri yg mana bercokol nafsu yg malas belajar, cepat puas diri, ga punya mimpi/cita2 catur, mudah putus asa, ga gigih/tekun, lembek kurang ngotot, meremehkan lawan, minder/keder/nyali kecil, sombong, merasa sdh pintar sendiri, ga mau introspeksi, malas mikir mencari langkah, alergi dg teknologi/komputer, cari enaknya saja, ga mau soro dan hambatan2 mental lainnya untuk maju caturnya!!". salah atau. benar?